Hai
teachers… Dalam mengajar teachers sekalian akan bergelut dengan apa yang
disebut dengan asesmen baik itu asesmen tradisional maupun asesmen otentik.
Namun, dalam kenyataannya banyak pengajar yang menerapkan asesmen tetapi tidak
mengetahui apa sebenarnya asesmen itu dan asesmen apa yang mereka gunakan. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
berbagi pengetahuan mengenai asesmen khususnya asesmen tradisional dan otentik.
Check this out…!!!
Asesmen
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mengetahui informasi mengenai suatu
obyek (O’Malley & Pierce, 1996). Jika dikaitkan dengan pengajaran, obyek
ini sering dikaitkan dengan salah satunya adalah siswa. Jadi Asesmen di sini
bisa di artikan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk mengetahui perkembangan
belajar siswa, sikap siswa, perasaan siswa dalam belajar, kemampuan siswa, dan
segala hal mengenai siswa itu sendiri dalam pembelajaran.
Dewasa
ini dalam melakukan asesmen terkait pembelajaran, guru sering kali menggunakan
asesmen tradisional dan asesmen otentik. Lalu apa itu asesmen tradisional dan
asesmen otentik?
Menurut
Muller (2008), asesmen tradisional adalah penilaian yang mengacu pada memilih sebuah respon dan lebih pada mengukur ingatan siswa terkait dengan informasi yang didapat. Hal ini dapat dilakukan melalui pengukuran
tes pilihan ganda (multiple-choices),
tes melengkapi (cloze test), tes
benar salah (true-false), menjodohkan
(matching) dan semacamnya. Siswa
secara khas memilih suatu jawaban atau mengingat informasi untuk melengkapi
penilaian.
Terdapat
beberapa ciri-ciri asesmen tradisional diantaranya adalah :
- Penilaian dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam memberikan jawaban yang benar.
- Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa.
- Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa.
- Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi.
- Hasil tes diberikan dalam bentuk skor.
Sedangkan,
asesmen otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk
menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan
esensi pengetahuan dan keterampilan. Asesmen otentik menekankan kemampuan
pembelajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan
bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan
yang telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari
pengetahuan yang telah dikuasai.
Salah
satu tujuan asesmen itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam
berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana
keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada
pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik
tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret
dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit
tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun
penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, asesmen model ini
menekankan pada pengukuran kinerja, doing
something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan
yang telah dikuasai secara teoretis.
No comments:
Post a Comment