Artikel Lainnya

Tuesday, July 23, 2019

Konstruktivisme dan Pengaruhnya terhadap Pembelajaran Bahasa

Hai teachers... Apakah teachers sekalian pernah mendengar teori belajar konstruktivisme? Jika belum, maka ini saat yang tepat untuk menjelaskan apa teori belajar konstruktivisme dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa. So, check it out...



Dari asal katanya, konstruktivisme ini berasal dari kata konstruk yang artinya membangun. Jadi dalam konstruktivisme, otak dan pikiran siswa akan selalu menyusun pengetahuan secara aktif dan lingkungan berperan besar dalam proses belajar siswa. Teori belajar konstruktivisme ini merupakan salah satu cabang dari teori kognitivisme dan bahkan ada yang mengatakan bahwa teori ini adalah teori kognitivisme yang dikembangkan. Oleh karena itu, keduanya hampir-hampir mirip.

Ketika membahas teori belajar konstruktivisme, maka tidak akan lepas dari ahli-ahli seperti Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Keduanya merupakan kognitivist yang kemudian dijadikan sebagai bapaknya konstruktivisme. hal ini dikarenakan teori-teori mereka digunakan sebagai landasan teori belajar konstruktivisme yaitu lebih mementingkan pada interaksi sosial dalam proses belajar.


Pertama-tama, akan kita bahasa teori belajar dari Jean Piaget terlebih dahulu. Menurut Jean piaget, perkembangan pikiran anak mencakup empat tahapan yaitu tahapan sensori motor (0-2 tahun) di mana tahapan ini anak baru mengenal objek dan mengenal nama-nama benda. Kemudian tahapan preoperasional (2-7 tahun) di mana perkembangan bahasa anak berkembang sangat pesat pada masa ini. Masa ini juga dikenal sebagai masa kritis perkembangan bahasa atau critical period yang dipercayai bahwa anak sangat cepat belajar bahasa pada tahapan ini. Lalu, tahapan operasional konkret (7-11 tahun) di mana pada tahapan ini anak sudah lancar berbahasa dan mengemukakan apa yang ia ketahui, namun masih kesulitan memahami atau menjelaskan hal-hal yang bersifat abstrak. Tahapan yang terakhir adalah tahapan operasional formal (11-15 tahun) di mana pada tahapan ini perkembangan pikiran anak sudah semakin sempurna seperti orang dewasa, sehingga mereka bisa memahami dan menjelaskan hal-hal konkret dan abstrak. dari keseluruhan tahapan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan bahasa anak sesuai dengan perkembangan pikiran mereka dan semakin berkembangnya pikiran anak, maka kemampuan berbahasanya pun semakin berkembang. Selain itu Piaget juga berpendapat bahwa anak belajar memahami apa yang ada di sekitarnya melalui proses adaptasi yang mencakup proses asimilasi dan akomodasi. Ketika anak menemukan sesuatu atau menghadapi sesuatu, maka ia akan melakukan proses asimilasi, yaitu menghubungkan apa yang mereka sedang hadapi dengan informasi yang mereka miliki. Apabila mereka tidak memiliki informasi tersebut, maka mereka akan mempelajari informasi tersebut melalui proses akomodasi untuk membangun skema informasi yang ada di pikiran mereka. Oleh karena itu, proses asimilasi dan akomodasi ini sangat berperan penting ketika siswa belajar untuk memahami dan membangun pengetahuannya, termasuk ketika belajar bahasa di mana kedua proses ini sangat membantu mereka untuk menyempurnakan penggunaan bahasa mereka.

Mari kita bahas teori belajar dari Lev Vygotsky. Lev Vygotsky mengajukan sebuah teori yang dikenal dengan nama Zone of Proximal Development (ZPD) di mana ZPD adalah zona antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Bantuan dari orang dewasa yang disebut dengan "Scaffolding" akan membantu anak mengembangkan perkembangan aktualnya menuju perkembangan potensial.

Kemudian apa sumbangsih kedua teori tersebut terhadap pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Inggris? Para pendidik percaya bahwa perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan otak atau pikiran mereka, sama seperti yang telah kita bahasa dalam teori kognitivisme di artikel sebelumnya. Oleh karena itu, pada masa-masa tertentu seperti masa kritis atau critical period, adalah masa emas anak belajar bahasa. Oleh karenanya, pengajar akan berusaha semaksimal mungkin mengajar bahasa pada tahapan ini. Para pendidik juga percaya bahwa untuk mengembangkan bahasa anak, maka anak perlu lebih sering berinteraksi untuk perkembangan bahasa mereka. Oleh karena itu latihan-latihan seperti roleplay, performing dialog, conversation, groupwork, peer activity, sangat dipercaya mampu mengembangkan perkembangan bahasa anak. Kemudian, pendidik juga percaya bahwa mereka hanya bertugas sebagai fasilitator dan sebagai yang memberikan bantuan dalam perkembangan bahasa anak karena sisanya anak sendirilah yang secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dan mengasah kemampuan bahasa mereka melalui pengalaman mereka sendiri. Oleh karena itu, banyak orang berpendapat bahwa pengalaman adalah guru yang berharga.

Nah itu dia pembahasan singkat kita mengenai teori belajar konstruktivisme dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa. Semoga informasi ini bisa menambah pengetahuan teachers sekalian.

Jangan lupa kunjungi juga akun youtube PET Proenglishteacher di sini dan subscribe video-videonya.

No comments:

Post a Comment