Hai teachers… Dalam mengajar kita sering bertemu
dengan istilah cooperative learning.
Bahkan pengajar banyak yang sudah mengimplementasikan model pembelajaran ini
sebagai bagian dari mengimplementasikan konstruktivisme dalam pembelajaran.
Penulis ingin berbagi pengertian dan penjelasan mengenai model pembelajaran cooperative
ini. Check this out…!!!
Falsafah
yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk
sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang penting bagi kekonvensionalan hidup,
tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, organisasi, ataupun sekolah.
Penggunaan belajar kooperatif dan prosedur pendidikan bukan merupakan hal baru
untuk pendidikan. Di Negara Amerika, beberapa periode yang lalu, belajar
kooperatif mempunyai dasar yang kuat dan telah digunakan secara luas untuk
meningkatkan tujuan pendidikan hingga saat
ini. Salah satu dari gabungan yang sangat sukses dari belajar kooperatif telah
dilakukan oleh kolonel Francis Parker. Popularitas dan kesuksesannya disandarkan pada semangat dan penciptaan
suasana yang membawa ke dalam ruang kelas dan kekuatannya untuk menciptakan
atmosfer yang benar-benar kooperatif (Lie, 2002).
Sehubungan
dengan model pembelajaran kooperatif, Hilke (1998) mengemukakan tujuan utama
dari belajar kooperatif adalah: (1) untuk membantu perkembangan kerjasama
akademik di antara siswa, (2) untuk menganjurkan hubungan kelompok yang
positif, (3) untuk mengembangkan potensi dan kemampuan akademik siswa, dan (4)
untuk meningkatkan pencapaian akademik.
Menurut
Johnson dan Johnson (1984), dalam pembelajaran kooperatif, kelompok heterogen
bekerja sama untuk menemukan tujuan. Masing-masing pribadi
mempertanggungjawabkan pembelajarannya sendiri dan membantu yang lainnya.
Kekuatan yang dapat dicapai untuk setiap pribadi dalam kelompok. Keterampilan
komunikasi dan sosial yang baik dibutuhkan dalam urutan-urutan perkembangan
hubungan kerja yang baik. Dalam kelompok belajar kooperatif, di sana cendrung
terjadi peraturan teman sebaya, umpan balik, dukungan, dan anjuran belajar yang
agak beragam. Dukungan akademik teman sebaya demikian tidak tersedia pada situasi
belajar kooperatif dan
individualistik.
Selanjutnya,
Johnson dan Johnson (1984) mengatakan
bahwa belajar secara kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil
membantu agar siswa dapat belajar secara kolaboratif dengan memaksimalkan
produktifitas dan prestasi belajar secara individu maupun kelompok. Di samping
itu siswa mempunyai kesempatan untuk
belajar dan melatih keterampilan sosial, bekerjasama saling membantu dalam
mengerjakan dan mempelajari materi dan
tugas. Dengan anggota kelompok yang kecil, memberikan kesempatan atau peluang pada setiap anggota terlibat
secara aktif mengatasi segala permasalahan belajar yang dihadapi kelompok dan
setiap anggota kelompok.
Dari
pemaparan diatas, dapat
dikatakan bahwa belajar secara
kooperatif dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada tingkat
Sekolah Dasar maupun tingkat Universitas.
Sehubungan
dengan model pembelajaran kooperatif, Slavin (1995:5) membedakan lima teknik
metode pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) Student
Teams Achievement Division (STAD), (2) Team
Games Tournaments (TGT), (3) Jigsaw,
(4) Team Accelerated Instruction
(TAI), dan (5) Cooperative Integated
Reading and Composition (CIRC).
This blog is so nice to me. I will keep on coming here again and again. Visit my link as well.. cooperative learning
ReplyDelete